Senin, 08 Desember 2008

KARAKTER AJARAN BUDDHA DALAM KITAB DIGHA NIKAYA


Dimensi karya Dīgha Nikāya sungguh mengagumkan, rancangan untuk membangunnya dengan konstruksi yang tegas, langsung dan sederhana. Sastra Dīgha Nikāya terbentuk atas kepadatan ajaran, memberikan kesan keseriusan Buddha dalam memberikan ajaran. Terdapat beberapa sutta yang berbentuk dialog, jawaban atas pertanyaan, dan berdasarkan atas kebutuhan. Tetapi pada Silakhanda Vagga didominasi karena kebutuhan.

Masing-masing vagga mempunyai karakter pengajaran yang berbeda-beda tergantung kebutuhan. Sutta pertama dalam Silakhanda Vagga, Vagga pertama Dīgha Nikāya, dengan berani Buddha merevolusi berbagai pandangan salah yang dianut oleh para pertapa dan brahmana (D.i.1), Brahmajala Sutta diberikan pada saat Buddha berkunjung ke Rajagaha, setelah pencerahan-Nya dihutan Gaya Bodhagaya.

U ko lay juga memberikan alasan yang sama, Brahmajala Sutta ditempatkan pada sutta pertama vagga pertama karena perdebatan antara pertapa Kelana supiya dan Brahmadata, yang mana Guru merendahkan Triratna sedangkan muridnya memuji Triratna (Lay, 2000:38), menimbulkan kotbah terkenal ini diberikan di awal Nikaya ini. Konflik pandangan yang dimiliki oleh Buddha dengan para pertapa terjadi pada sutta ini, Buddha dengan gaya revolusi mengubah berbagai pandangan yang diyakini oleh beberapa lapisan masyarakat.

Semua sutta yang terkumpul dalam Dīgha Nikāya dapat dikatakan bersifat pragmatis menyangkut pemecahan permasalahan untuk menggapai tujuan hidup manusia, terlihat dari beberapa sutta berisi debat tentang tidak adanya pengaruh keturunan dan keluarga terhadap kesempurnaan (D.i.3), begitu tanpak jelas kecerdikkan dan keterampilan Buddha dalam berlogika. Sutta-sutta lain yang begitu jelas memberikan nasehat dan meluruskan pandangan salah terhadap perumah tangga Sigala, tentang penghormatan yang diajarkan oleh para arya (D.iii.31).

Tidak ada komentar: